
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kota Palangka Raya, Hendrikus Satriya Budi. Foto Ist
PALANGKA RAYA – Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Hendrikus Satriya Budi mengatakan, kebiasaan membuang sampah sembarangan bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga menyumbang peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang mempercepat krisis iklim.
Budi menilai, kesadaran masyarakat terhadap dampak sampah domestik terhadap iklim global masih rendah. Padahal pengelolaan sampah yang buruk dapat menghasilkan gas metana dari timbunan organik yang membusuk tanpa sistem kontrol.
“Sampah organik yang dibuang sembarangan ke parit atau ditumpuk di halaman bukan hanya menyebabkan bau dan banjir. Proses pembusukan yang tak terkendali menghasilkan gas metana yang daya rusaknya terhadap atmosfer jauh lebih besar dibanding CO₂,” jelasnya, Jumat (25/7/2025) lalu.
Dikatakan, salah satu bentuk mitigasi perubahan iklim paling sederhana adalah dengan memastikan sampah dibuang dan dikelola dengan benar. Termasuk memilah sampah organik dan anorganik, serta mendorong daur ulang.
“Membuang sampah pada tempatnya bukan cuma soal kedisiplinan, tapi juga tindakan nyata menyelamatkan bumi. Emisi rumah kaca bisa dikurangi dari skala rumah tangga kalau kita sadar akan dampak perilaku harian kita,” ucapnya.
Budi juga menyinggung perlunya kolaborasi antara perangkat daerah, masyarakat, dan komunitas lingkungan dalam mengedukasi warga tentang keterkaitan antara kebersihan lingkungan dan isu iklim global.
Sementara itu BPBD sendiri kata dia, siap mendukung gerakan warga dalam menjaga drainase, membersihkan lingkungan, dan ikut serta dalam gerakan pengurangan emisi. Hal ini mengingat karena perubahan iklim tidak bisa ditangani oleh satu lembaga saja.
“Mari kita mulai dari diri sendiri, dari rumah kita masing-masing. Sekecil apa pun kontribusi kita dalam menjaga lingkungan, itu akan berdampak besar bila dilakukan bersama-sama,” tutupnya. (Ark/*)